-->
Haai... Long time no see, isn't it? sekarang gw sekolah di boarding school, jadi udah bersarang laba-laba nih blog. nah, krn skrg udh kelas 3, jadi nggak ada salahnya ngepost lagi. ini cerpen tugas sekolah ane. so, just enjoy it!
SIKAP YANG MENIPU
Originally written by FAZA THIRAFI
“Sudah kubilang berkali-kali, Aa’
selalu tak mau berterus terang kepada Susan!” kata istrinya pedas
dan menusuk.
“Ini bukan salahku San, Kau hanya salah paham.”
Jelasnya dengan kalimat memohon. Kalimat penjelasan yang dirasa sudah
tidak memiliki fungsi lagi.
“ Jadi, siapa yang selama ini selalu mengirim
SMS ke
handphone
mu itu tiap malam? Pastilah Aa’
ada hubungan sesuatu dengan wanita itu. Apakah Aa’
mau mengkhianati pernikahan kita selama 10 tahun ini? Kasihan Melati
yang mendengar perkelahian Kita seperti ini setiap hari, A’! Susan
tak mau ambil pusing lagi. Susan minta, secepatnya kita cerai!”
Bentak Susan dengan nada melirih bercampur tangis.
“Tapi, Aa’ tidak pernah berkhianat seperti
yang Susan pikirkan selama ini. Aa’ tekankan ini hanya salah paham
antara Kita saja. Wanita itu... wanita itu bukanlah..”
“ Sudah cukup A’!! Susan tidak bisa menerima
penjelasan Aa’. Semua ini sudah jelas. Susan benci Aa’!” Potong
susan dengan nada yang tak kalah tinggi. Sambil mendobrak pintu
kamar.
“Sus..” kata- kata Wandi terhenti akibat
dahsyatnya dobrakan amarah Susan.
Malam itu, menjadi malam yang sangat buruk bagi
Wandi. Semua rencana ulang tahun pernikahan yang sudah dipersiapkan
begitu saja pupus oleh amarah Susan yang meledak-ledak bagai dinamit
yang hendak menghancurkan seantero kota. Masalahnya sepele. Hanya
beberapa SMS
yang menurut Susan asing di handphone
sang suami.
$$$
Susan mengenal Wandi sejak mereka berdua aktif
sebagai anggota dalam suatu komunitas bahasa daerah di universitas
terbaik se-Indonesia. Awalnya, Susan lah yang berinisiatif ‘Pdkt’
kepada lelaki yang sangat dikaguminya itu. Namun sibuknya Wandi
mengerjakan tugas-tugas kuliahnya memalingkan usaha-usaha Susan untuk
menggaet Wandi. Cerita pun berubah sejak mereka lulus dari
universitas tersebut. Di akhir acara wisuda, Wandi dengan percaya
dirinya melamar gadis berkacamata tersebut. Susan yang tadinya
mengubur harapannya dalam-dalam karena merasa Wandi tidak peduli,
akhirnya pun berbunga-bunga mendengar penyataan yang juga mengagetkan
teman-temannya seangkatan oleh seorang lelaki ‘terdingin’ di
kampusnya. Ternyata rencana tersebut tanpa berpikir panjang, Susan
menerima lamaran tesebut dan menyiapkan pernikahan mereka dengan
semeriah mungkin.
Pernikahan mereka yang sangat meriah pun sudak tak
terelakkan lagi. Wandi dan Susan menciptakan bahtera rumah tangga
yang nyaman dan damai. Kebahagiaan mereka pun ditambah lagi oleh
lahirnya seorang anak manis setahun kemudian. Melati namanya. Dengan
harapan, anak tersebut bisa mengharumkan orang-orang disekitarnya
seharum melati dengan ide-ide cemerlang dan bakat-bakat yang ia
miliki.
Melati tumbuh sebagaimana anak-anak pada umumnya,
namun dengan kemampuan dan bakat yang luar biasa. Bagaimana tidak?
Sejak 2 tahun ia sudah pandai berkomunikasi dengan orang lain dan
bisa memakai barang-barang sebagaimana mestinya. Hal tersbut
diwariskan dari bakat ibunya yang memang pandai bernegosiasi dan
berbahasa asing. Ayahnya sebagai seorang arsitek diwariskan melati
yang memang pandai menggambar barang-barang disekitarnya sejak 5
tahun hingga mampu mendisain barang sederhana dengan imajinasi yang
dimilikinya.
Pada sore hari, Susanlah yang pertama kali pulang
ke rumah. Pekerjaanya sebagai seorang marketting
di sebuah perusahaan swasta memaksanya untuk bekerja setengah hari
lebih. Sedangkan Wandi, sejak lulus kuliah dia memang sudah membuka
sebuah biro konsultasi tentang pembangunan suatu infrastruktur,
gedung, hingga mendisain gedung yang diinginkan client
nya. Akhirnya ia pun selalu pulang selepas matahari terbenam, ketika
ufuk barat sudah meninggalkan tempatnya
$$$
Usia pernikahan mereka sudah mencapai 8 tahun,
Melati sudah masuk sekolah dasar dan mulai disibukkan oleh aktivitas
sekolahnya. Wandi juga sudah disibukkan dengan proyek-proyeknya
sebagai seorang konsultan arsitektur. Client
nya sudah tersebar luas ke seluruh Indonesia. Kenalannya banyak, dan
link nya
pun luas. Sedangkan Susan? Masih berkutat dengan kesibukannya untuk
mondar-mandir perusahaan yang ingin bekerja sama dengan perusahaan
swastanya. Sesuai tradisi keluarganya, setiap malam minimal 4 kali
sepekan harus berkumpul bersama, bercengkrama dan bersantai bersama.
Setiap tahun juga, ada dua tanggal kebesaran yang
selalu dirayakan Wandi dan Susan. Yang pertama, tentunya hari ulang
tahun peri kecil dan manis mereka, Melati. Dan hari kedua yaitu hari
ulang tahun pernikahan mereka atau Wedding
Anniversary. Dua hari tersebut
merupakan hari ‘keramat’ yang harus dirayakan tepat pada
tanggalnya. Sesibuk apapun pekerjaan yang Wandi dan Susan miliki,
semarah apapun Melati kepada kedua mama-papa nya, harus segera
dilaksanakan. Tak boleh ditunda. Harus
segera.
$$$
Semuanya
bermula sejak Senin siang itu. Susan dan Wandi selalu makan siang
bersama di restoran elit kota metropolitan tersebut. Menu siang itu
adalah seafood,
makanan favorit
Susan.
Wandi mengerahkan seluruh tenaga untuk ‘membunga-bunga’kan hati
Susan nya. Terlebih Hari Sabtu pekan depannya adalah Wedding
Anniversary mereka yang ke-10. Tentu
saja harus dirayakan dengan meriah. Setelah ‘upacara makan siang’
mereka selesai, kantor masing-masing pun menunggui dengan tugas yang
bertumpukan.
“A’,
boleh pinjam hape
sebentar nggak?
Hape susan ketinggalan di rumah. Nanti sore jemput Susan aja
jam 5. Nanti Susan tunggu di gerbang deh” pinta Susan seusai makan
siang.
“
Iya San, gak
apa-apa. Aa’ nggak make kok. Nanti Aa’ jemput deh.
Kalo ada
telepon masuk bilang aja, Aa’ ada urusan di luar.”, Jelas Wandi
kepada istrinya.
“
Oke sip A’. sampai ketemu lagi, bye
Aa’!”
“Bye
Susan sayang..” balas Wandi dengan nada lembutnya. Akhirnya mereka
berpisah di persimpangan itu. Saksi bisu dimana rencana Susan
meledak-ledak untuk memperingati Wandi.
Sore
itu, Melati sudah pulang dengan seragam sekolahnya yang basah akibat
hujan-hujanan sore tadi. Bi Lasri menyamut kepulangan anak tuannya
dengan payah. Berarti mala mini ia harus bekerja ekstra untuk
mengurusi seragam Melati. Mama-papanya yang baru pulang pukul 5 sore
disambut hangat oleh Melati.
“Mama,
Papa, lihat ini! Lihat ini! Gambar buatan Melati Lho, Ma! Ini Papa,
ini Mama, ini Melati. Kita lagi di rumah nenek” teriak Melati
dengan girangnya selagi menyambut kedua mama-papanya sambil
menunjukkan karya dari pelajaran seni di sekolahnya.
“iya
melati, Mama suka kok. Tapi kasihan lho
papa. Baru pulang. Kayaknya udah capek
tuh.
Mama masak dulu ya. Nanti jangan lupa kerjain PRnya sama Mbak Lasri.”
Balas Mama.
Kegembiraan keluarga tersebut terus bergulir dari hari ke hari.
Wandi sudah menyiapkan hadiah special buat Susan saat ulang tahun
prnikahan nanti. Tentu saja hadiah Melati tidak lupa dibeli. Karena
kalau tidak, ia akan terus merengek iri kepada papanya hingga
dibelikan hadiah juga.
$$$
Susan
sudah mengotak-atik isi handphone
Wandi sejak siang itu. Termasuk daftar telepon dan SMS yang masuk.
Tertera disana rekan kerja Wnadi yang sering kali mengirim SMS
dan
menelepon. Dialah Monica, sekretaris kantor. Susan sebenarnya tau,
tidak ada maksud apa-apa Monica berkomunikasi dengan suaminya. Semua
berhubungan dengan program kerja kantor, rencana jangka panjang dan
pendek. Hanya itu. Idak ada yang lain. Tidak seperti Wati, teman
dekatnya, yang sampai-sampai menceraikan suaminya hanya karena curiga
pada isi hanphone
suaminya.
Monica
seperti yang Susan tau ialah rekan kerja Wandi yang sangat baik,
ramah, dan tentu saja bersuami. Wandi sebagai suami Susan juga suami
yang taat, tak pernah berkhianat, dan setia. Tidak mungkin ada
perselingkuhan disana.
Semua
itu sudah disadari Susan sejak awal. Ini adalah rencananya yang
paling ampuh.
$$$
Malam
itu, Wandi sudah tidak tau lagi apa yang harus dilakukannya. Wandi
tau, bahwa handphone-nya
yang diotak-atik istrinya pekan lalu itu menyimpan banyak SMS yang
mungkin cukup tidak masuk akal. Monica mengirim rata-rata 2 SMS per
hari dalam rangka berkoordinasi dalam persiapan pembukaan cabang baru
kantornya di kota sebelah. Hanya itu. Tak ada SMS yang berisi “I
love you” atau “I miss you” seperti cerita-cerita
perselingkuhan temannya pada umumnya.
“Pah,
aku mau susu dong”
pinta Melati dari balik dinding hingga memutus lamunan papanya saat
itu.
“
Iya Melati, ambil aja
di kulkas. Loh, Melati belum tidur? Ini kan udah
jam setengah 10.” Menyadari bahwa peri kecilnya belum juga tidur.
“iya,
Pah. Melati nggak
bisa tidur. Dari tadi Mama sama Papa berisik banget.
Tapi emangnya bener ya Pah? Tante Monica itu siapa? Kok sering SMS
hape Papa?”
Tanya Melati dengan suara polosnya.
“
APA?! Jadi dari tadi Melati nguping
pembicaraan mama sama Papa?? Kan udah Papa bilang kalo
mama-papa lagingobrol
jangan nguping.
Sudah! Sekarang Melati bobo
dulu deh. Minta Mbak Lasri temenin
Melati tidur.” Dengan nada yang cukup tinggi dengan karena cukup
dikagetkan oleh kehadiran peri kecilnya yang mendengarkan
pembicaraannya dengan Susan.
Sejak
Melati masuk ke kamarnya, Wandi melanjutkan lamunannya. Tidak tau
harus berbuat apa. Susan sudah sangat marah sejak saat itu. Mungkin
karena Susan sedang sensitif
atau
apapun itu. Namun yang dirasa aneh pada sikap Susan malam itu, Wandi
sanget bingung. Kenapa Susan minta cerai.
$$$
Perceraian
yang diminta Susan secara tiba-tiba, sangat mengagetkannya.
Lebih-lebih sikapnya saat itu sanget kontras dibandingkan dengan
sikapnya saat merayakan ulang tahun pernikahan mereka berdua. Susan
saat itu sangat lembut, santun, dan ramah. Apalagi saat ‘sesi’
pembukaan kado spesial dari Wandi. Mereka sanagt damai pada hari
sabtu itu.
Wandi
tidak mau ambil pusing. Melati pun ikut-ikutan memikirkan tentang
perkataan mamanya pada malam yang kelam itu. Tidak tau kenapa, hanya
satu pilihan yang diambil Wandi untuk menyelesaikan permasalahan itu.
Wandi tidak mau hubungan dengan istrinya hancur hanya karena kejadian
malam itu. Wandi juga tidak mau peri kecilnya tidak bias sekolah
karena kepikiran masalah mama-papanya. Tapi ini risiko paling tinggi
yang diambilnya. Yakni, menuruti permintaan Susan.
$$$
Melati
akan tetap tinggal bersama papanya. Dia tak mau tinggal bersama
mamanya. Maka, Wandi akan berusaha sekuat ungkin untuk menunjang
kehidupan Melati dengan sebaik-baiknya.
“
Oke Susan, mungkin mulai hari ini Susan tak bisa memanggilku dengan
panggilan saying “Aa’ ” lagi. Percayalah. Saya tidak pernah
berselingkuh ataupun mengkhianati pernikahan kita. Melati dan saya
akan selalu merindukanmu, Susan. Semoga hubungan kita masih tetap
baik walaupun tak tinggal seatap lagi. Terima kasih telah mewarnai
hidupku yang singkat ini. Terima kasih.”
Itu adalah kata-kata terakhir Wandi kepada
‘mantan’ istrinya yang tidak dibalas dengan satupun kata. Lalu,
setelah Susan berpelukan dengan Melati dengan singkat, Susan pun
melangkah menuju kehidupanya yang baru di ujung sana.
Wandi membuka laci rias Susan di kamar. Lalu Ia
menemukan secarik kertas yang bertuliskan:
“ Kepada:
Susan ku sayang
Aku
tau, engkau sudah memiliki seorang suami. Wandi kan namanya? Maka
jika kau lebih menginginkan ku, ceraikanlah ia dalam tempo waktu 1
bulan ini. Aku akan menjanjikan kehidupan yang lebih baik untukmu.
Salam
sayang,
Mas
Johann”
Sekarang,
Wandi tau maksud isi kertas itu. Dan kejadian-kejadian aneh yang menimpanya selama ini.
-THE
END-
No comments:
Post a Comment