Thursday, November 21, 2013

Menipukah sikap kita?


-->
 Haai... Long time no see, isn't it? sekarang gw sekolah di boarding school, jadi udah bersarang laba-laba nih blog. nah, krn skrg udh kelas 3, jadi nggak ada salahnya ngepost lagi. ini cerpen tugas sekolah ane. so, just enjoy it!



SIKAP YANG MENIPU

Originally written by FAZA THIRAFI


Sudah kubilang berkali-kali, Aa selalu tak mau berterus terang kepada Susan!” kata istrinya pedas dan menusuk.
Ini bukan salahku San, Kau hanya salah paham.” Jelasnya dengan kalimat memohon. Kalimat penjelasan yang dirasa sudah tidak memiliki fungsi lagi.
Jadi, siapa yang selama ini selalu mengirim SMS ke handphone mu itu tiap malam? Pastilah Aa ada hubungan sesuatu dengan wanita itu. Apakah Aa mau mengkhianati pernikahan kita selama 10 tahun ini? Kasihan Melati yang mendengar perkelahian Kita seperti ini setiap hari, A’! Susan tak mau ambil pusing lagi. Susan minta, secepatnya kita cerai!” Bentak Susan dengan nada melirih bercampur tangis.
Tapi, Aa’ tidak pernah berkhianat seperti yang Susan pikirkan selama ini. Aa’ tekankan ini hanya salah paham antara Kita saja. Wanita itu... wanita itu bukanlah..”
Sudah cukup A’!! Susan tidak bisa menerima penjelasan Aa’. Semua ini sudah jelas. Susan benci Aa’!” Potong susan dengan nada yang tak kalah tinggi. Sambil mendobrak pintu kamar.
Sus..” kata- kata Wandi terhenti akibat dahsyatnya dobrakan amarah Susan.
Malam itu, menjadi malam yang sangat buruk bagi Wandi. Semua rencana ulang tahun pernikahan yang sudah dipersiapkan begitu saja pupus oleh amarah Susan yang meledak-ledak bagai dinamit yang hendak menghancurkan seantero kota. Masalahnya sepele. Hanya beberapa SMS yang menurut Susan asing di handphone sang suami.

$$$
Susan mengenal Wandi sejak mereka berdua aktif sebagai anggota dalam suatu komunitas bahasa daerah di universitas terbaik se-Indonesia. Awalnya, Susan lah yang berinisiatif ‘Pdkt’ kepada lelaki yang sangat dikaguminya itu. Namun sibuknya Wandi mengerjakan tugas-tugas kuliahnya memalingkan usaha-usaha Susan untuk menggaet Wandi. Cerita pun berubah sejak mereka lulus dari universitas tersebut. Di akhir acara wisuda, Wandi dengan percaya dirinya melamar gadis berkacamata tersebut. Susan yang tadinya mengubur harapannya dalam-dalam karena merasa Wandi tidak peduli, akhirnya pun berbunga-bunga mendengar penyataan yang juga mengagetkan teman-temannya seangkatan oleh seorang lelaki ‘terdingin’ di kampusnya. Ternyata rencana tersebut tanpa berpikir panjang, Susan menerima lamaran tesebut dan menyiapkan pernikahan mereka dengan semeriah mungkin.
Pernikahan mereka yang sangat meriah pun sudak tak terelakkan lagi. Wandi dan Susan menciptakan bahtera rumah tangga yang nyaman dan damai. Kebahagiaan mereka pun ditambah lagi oleh lahirnya seorang anak manis setahun kemudian. Melati namanya. Dengan harapan, anak tersebut bisa mengharumkan orang-orang disekitarnya seharum melati dengan ide-ide cemerlang dan bakat-bakat yang ia miliki.
Melati tumbuh sebagaimana anak-anak pada umumnya, namun dengan kemampuan dan bakat yang luar biasa. Bagaimana tidak? Sejak 2 tahun ia sudah pandai berkomunikasi dengan orang lain dan bisa memakai barang-barang sebagaimana mestinya. Hal tersbut diwariskan dari bakat ibunya yang memang pandai bernegosiasi dan berbahasa asing. Ayahnya sebagai seorang arsitek diwariskan melati yang memang pandai menggambar barang-barang disekitarnya sejak 5 tahun hingga mampu mendisain barang sederhana dengan imajinasi yang dimilikinya.
Pada sore hari, Susanlah yang pertama kali pulang ke rumah. Pekerjaanya sebagai seorang marketting di sebuah perusahaan swasta memaksanya untuk bekerja setengah hari lebih. Sedangkan Wandi, sejak lulus kuliah dia memang sudah membuka sebuah biro konsultasi tentang pembangunan suatu infrastruktur, gedung, hingga mendisain gedung yang diinginkan client nya. Akhirnya ia pun selalu pulang selepas matahari terbenam, ketika ufuk barat sudah meninggalkan tempatnya
$$$
Usia pernikahan mereka sudah mencapai 8 tahun, Melati sudah masuk sekolah dasar dan mulai disibukkan oleh aktivitas sekolahnya. Wandi juga sudah disibukkan dengan proyek-proyeknya sebagai seorang konsultan arsitektur. Client nya sudah tersebar luas ke seluruh Indonesia. Kenalannya banyak, dan link nya pun luas. Sedangkan Susan? Masih berkutat dengan kesibukannya untuk mondar-mandir perusahaan yang ingin bekerja sama dengan perusahaan swastanya. Sesuai tradisi keluarganya, setiap malam minimal 4 kali sepekan harus berkumpul bersama, bercengkrama dan bersantai bersama.
Setiap tahun juga, ada dua tanggal kebesaran yang selalu dirayakan Wandi dan Susan. Yang pertama, tentunya hari ulang tahun peri kecil dan manis mereka, Melati. Dan hari kedua yaitu hari ulang tahun pernikahan mereka atau Wedding Anniversary. Dua hari tersebut merupakan hari ‘keramat’ yang harus dirayakan tepat pada tanggalnya. Sesibuk apapun pekerjaan yang Wandi dan Susan miliki, semarah apapun Melati kepada kedua mama-papa nya, harus segera dilaksanakan. Tak boleh ditunda. Harus segera.

$$$
Semuanya bermula sejak Senin siang itu. Susan dan Wandi selalu makan siang bersama di restoran elit kota metropolitan tersebut. Menu siang itu adalah seafood, makanan favorit
Susan. Wandi mengerahkan seluruh tenaga untuk ‘membunga-bunga’kan hati Susan nya. Terlebih Hari Sabtu pekan depannya adalah Wedding Anniversary mereka yang ke-10. Tentu saja harus dirayakan dengan meriah. Setelah ‘upacara makan siang’ mereka selesai, kantor masing-masing pun menunggui dengan tugas yang bertumpukan.
“A’, boleh pinjam hape sebentar nggak? Hape susan ketinggalan di rumah. Nanti sore jemput Susan aja jam 5. Nanti Susan tunggu di gerbang deh” pinta Susan seusai makan siang.
“ Iya San, gak apa-apa. Aa’ nggak make kok. Nanti Aa’ jemput deh. Kalo ada telepon masuk bilang aja, Aa’ ada urusan di luar.”, Jelas Wandi kepada istrinya.
“ Oke sip A’. sampai ketemu lagi, bye Aa’!”
Bye Susan sayang..” balas Wandi dengan nada lembutnya. Akhirnya mereka berpisah di persimpangan itu. Saksi bisu dimana rencana Susan meledak-ledak untuk memperingati Wandi.
Sore itu, Melati sudah pulang dengan seragam sekolahnya yang basah akibat hujan-hujanan sore tadi. Bi Lasri menyamut kepulangan anak tuannya dengan payah. Berarti mala mini ia harus bekerja ekstra untuk mengurusi seragam Melati. Mama-papanya yang baru pulang pukul 5 sore disambut hangat oleh Melati.
“Mama, Papa, lihat ini! Lihat ini! Gambar buatan Melati Lho, Ma! Ini Papa, ini Mama, ini Melati. Kita lagi di rumah nenek” teriak Melati dengan girangnya selagi menyambut kedua mama-papanya sambil menunjukkan karya dari pelajaran seni di sekolahnya.
“iya melati, Mama suka kok. Tapi kasihan lho papa. Baru pulang. Kayaknya udah capek tuh. Mama masak dulu ya. Nanti jangan lupa kerjain PRnya sama Mbak Lasri.” Balas Mama.
Kegembiraan keluarga tersebut terus bergulir dari hari ke hari. Wandi sudah menyiapkan hadiah special buat Susan saat ulang tahun prnikahan nanti. Tentu saja hadiah Melati tidak lupa dibeli. Karena kalau tidak, ia akan terus merengek iri kepada papanya hingga dibelikan hadiah juga.
$$$
Susan sudah mengotak-atik isi handphone Wandi sejak siang itu. Termasuk daftar telepon dan SMS yang masuk. Tertera disana rekan kerja Wnadi yang sering kali mengirim SMS
dan menelepon. Dialah Monica, sekretaris kantor. Susan sebenarnya tau, tidak ada maksud apa-apa Monica berkomunikasi dengan suaminya. Semua berhubungan dengan program kerja kantor, rencana jangka panjang dan pendek. Hanya itu. Idak ada yang lain. Tidak seperti Wati, teman dekatnya, yang sampai-sampai menceraikan suaminya hanya karena curiga pada isi hanphone suaminya.
Monica seperti yang Susan tau ialah rekan kerja Wandi yang sangat baik, ramah, dan tentu saja bersuami. Wandi sebagai suami Susan juga suami yang taat, tak pernah berkhianat, dan setia. Tidak mungkin ada perselingkuhan disana.
Semua itu sudah disadari Susan sejak awal. Ini adalah rencananya yang paling ampuh.
$$$
Malam itu, Wandi sudah tidak tau lagi apa yang harus dilakukannya. Wandi tau, bahwa handphone-nya yang diotak-atik istrinya pekan lalu itu menyimpan banyak SMS yang mungkin cukup tidak masuk akal. Monica mengirim rata-rata 2 SMS per hari dalam rangka berkoordinasi dalam persiapan pembukaan cabang baru kantornya di kota sebelah. Hanya itu. Tak ada SMS yang berisi “I love you” atau “I miss you” seperti cerita-cerita perselingkuhan temannya pada umumnya.
“Pah, aku mau susu dong” pinta Melati dari balik dinding hingga memutus lamunan papanya saat itu.
“ Iya Melati, ambil aja di kulkas. Loh, Melati belum tidur? Ini kan udah jam setengah 10.” Menyadari bahwa peri kecilnya belum juga tidur.
“iya, Pah. Melati nggak bisa tidur. Dari tadi Mama sama Papa berisik banget. Tapi emangnya bener ya Pah? Tante Monica itu siapa? Kok sering SMS hape Papa?” Tanya Melati dengan suara polosnya.
“ APA?! Jadi dari tadi Melati nguping pembicaraan mama sama Papa?? Kan udah Papa bilang kalo mama-papa lagingobrol jangan nguping. Sudah! Sekarang Melati bobo dulu deh. Minta Mbak Lasri temenin Melati tidur.” Dengan nada yang cukup tinggi dengan karena cukup dikagetkan oleh kehadiran peri kecilnya yang mendengarkan pembicaraannya dengan Susan.
Sejak Melati masuk ke kamarnya, Wandi melanjutkan lamunannya. Tidak tau harus berbuat apa. Susan sudah sangat marah sejak saat itu. Mungkin karena Susan sedang sensitif
atau apapun itu. Namun yang dirasa aneh pada sikap Susan malam itu, Wandi sanget bingung. Kenapa Susan minta cerai.
$$$
Perceraian yang diminta Susan secara tiba-tiba, sangat mengagetkannya. Lebih-lebih sikapnya saat itu sanget kontras dibandingkan dengan sikapnya saat merayakan ulang tahun pernikahan mereka berdua. Susan saat itu sangat lembut, santun, dan ramah. Apalagi saat ‘sesi’ pembukaan kado spesial dari Wandi. Mereka sanagt damai pada hari sabtu itu.
Wandi tidak mau ambil pusing. Melati pun ikut-ikutan memikirkan tentang perkataan mamanya pada malam yang kelam itu. Tidak tau kenapa, hanya satu pilihan yang diambil Wandi untuk menyelesaikan permasalahan itu. Wandi tidak mau hubungan dengan istrinya hancur hanya karena kejadian malam itu. Wandi juga tidak mau peri kecilnya tidak bias sekolah karena kepikiran masalah mama-papanya. Tapi ini risiko paling tinggi yang diambilnya. Yakni, menuruti permintaan Susan.
$$$
Melati akan tetap tinggal bersama papanya. Dia tak mau tinggal bersama mamanya. Maka, Wandi akan berusaha sekuat ungkin untuk menunjang kehidupan Melati dengan sebaik-baiknya.
“ Oke Susan, mungkin mulai hari ini Susan tak bisa memanggilku dengan panggilan saying “Aa’ ” lagi. Percayalah. Saya tidak pernah berselingkuh ataupun mengkhianati pernikahan kita. Melati dan saya akan selalu merindukanmu, Susan. Semoga hubungan kita masih tetap baik walaupun tak tinggal seatap lagi. Terima kasih telah mewarnai hidupku yang singkat ini. Terima kasih.”
Itu adalah kata-kata terakhir Wandi kepada ‘mantan’ istrinya yang tidak dibalas dengan satupun kata. Lalu, setelah Susan berpelukan dengan Melati dengan singkat, Susan pun melangkah menuju kehidupanya yang baru di ujung sana.
Wandi membuka laci rias Susan di kamar. Lalu Ia menemukan secarik kertas yang bertuliskan:

Kepada: Susan ku sayang
Aku tau, engkau sudah memiliki seorang suami. Wandi kan namanya? Maka jika kau lebih menginginkan ku, ceraikanlah ia dalam tempo waktu 1 bulan ini. Aku akan menjanjikan kehidupan yang lebih baik untukmu.
Salam sayang,

Mas Johann”
         Sekarang, Wandi tau maksud isi kertas itu. Dan kejadian-kejadian aneh yang menimpanya selama ini.

-THE END-